Tak
seperti tahun-tahun sebelumnya, dua hari lalu dia bergegas pulang ke rumah.
Kembali ke kota kelahiran dari perantauan panjang di negeri orang selama
bergenap bulan.
Katamu, teman, terlagi buku bacaan, ialah hal yang
membentuk pribadi seseorang. Apa yang didengarkan dari setiap perbincangan,
nyatanya diam-diam mengendap merupa persepsi. Lebih jauh, mewujud alibi yang
lambat laun mulai dipercayai. Diyakini. Hingga akhirnya menjadi peganganmu,
agar tak ragu lagi.
Kamu
ialah pribadi yang paling pandai menutupi perasaan. Namamu, Lelaki. Aku
mengenalmu baru sejengkal waktu. Kala takdir mempertemukan kamu dan dia, entahlah, kamu
berusaha menghalau kehadirannya.
Ada beberapa hal di dunia ini
yang hadirnya bisa ditunda...
Kamu
selalu percaya bila setiap orang yang disuka harus dimiliki sesegera. Segalanya
bagaikan perlombaan; siapa cepat, dia dapat. Namun, apakah benar hakikatnya
seperti itu? Adakah perumpamaan biarkan saja mengalir seperti air sudah tak
cocok lagi?
Ada satu cerita unik saat kamu
berkenalan dengannya...
Seperti
yang sudah-sudah, kamu selalu melepaskan begitu saja setelah berpapas
dengannya. Seakan pasrah. Selayaknya tak ada upaya. Tidak biasanya kamu memperlihatkan gerak-gerik semacam ini. Kamu
yang kukenal, senantiasa mengejar apa yang kamu inginkan.
Ada satu cerita unik saat kamu
berkenalan dengannya...
Air
wudlu di kantormu selalu saja dingin,
padahal hari tengah terik. Di sini baru turun hujan sekali, itu pun hanya
sebentar dan menurutmu tidak cocok bila dikatagorikan sebagai penghujan. “Gerimis
yang labil, mungkin lebih tepat,” pungkasmu.
Ada satu cerita unik saat kamu
berkenalan dengannya...
Kantong
teh seduhmu menggantung di tepi gelas kaca, airnya pun masih panas, menyisakan
uap yang beradu dengan suhu pendingin ruangan. Ya, pagi sekali kamu sudah duduk
di kursi empukmu, memandang layar yang belum berisi arahan. Bosmu, sepertinya
belum terlihat berada di peraduan.
Empat
tahun lalu, kamu memutuskan untuk keluar rumah. Tak kembali apabila belum
menaklukkan dunia. Kata Ibumu, anak lelaki seharusnya tidak boleh jago kandang.
Menjawab tantangan itu, kamu berpindah.
Tipe-tipe
orang di sekitar kita memang beragam. Ada yang seriusnya bukan kepalang, ada
yang bercandanya gak ketulungan. Dari
kegaringan ringan, sampai guyonan krik-krik
tingkat akut dilempar dengan pede-nya.
Hmm,
memang seperti itulah hidup, harus berwarna. Tidak boleh datar dan monoton.
Tidak boleh asal hidup dan mengalir saja seperti air.
Most people get married believing
a myth, that marriage is beautiful box full of all the things they have longed
for; companionship, intimacy, and friendship.
Sudah
sekian kali kamu menghindarinya. Banyak jalan telah kamu tempuh agar dia tak
berpapas denganmu. Jalur yang dia lalui setiap hari, tak lagi kamu pilih
sebagai rute favorit untuk pulang. “Ah, lewat lajur lain saja,” pungkasmu.
Jatuh
cinta kepadamu sungguhlah berbeda. Tak seperti yang biasa terjadi sebelumnya.
Banyak orang di luar sana, yang bila mereka tengah dilanda cinta, mereka
kehilangan jati dirinya.
Kamu
sudah lama memendam hasrat untuk menikah, tapi apa daya, jodoh yang kamu
impikan tak jua bersambang. Kamu pun sudah mulai lelah membuka beberapa akun
medsos-mu, dari Path, FB, hingga timeline
lain, yang isinya adalah undangan nikah dan kelahiran seorang buah hati.
Kuperhatikan
sesekali rautmu, tampak murung dan tertekuk lusuh. Mengapa? Ada apa? Mungkinkah kamu tak tahu bila sesungguhnya kamu,
seorang wanita, itu luar biasa?
Ketika
kamu telah memiliki seseorang yang mencintaimu, maka cintailah ia. Kamu akan
mengerti bagaimana jalan pikiran perempuanmu dari caramu memperlakukannya.
Percaya atau tidak, ia, adalah cerminan dari kamu.
Ada yang selalu kuingat dari
makan malam bersamamu kemarin...
Kamu
memakai kain penutup kepala berwarna cokelat, atau pula krem, sebab lampu
restoran membuatnya tampak sama. Tapi, kujamin corak polos yang kamu pilih,
kian pas dipadu padan parasmu. Matamu senja, terlihat indah di penghujung sinar
mentari yang kembali ke peraduannya.
Beberapa
hari lalu, seorang sahabat bercerita panjang lebar mengenai ayahnya. Tentu, dia
akan membumbui dengan berbagai ekspresi dan emosi yang berlebih. Tak mengapa, memang seperti itu bukan ciri
khas dari wanita?