Bunga untuk Sesiapa

December 30, 2011



MUSIM penghujan di kotaku kini tak lagi menorehkan rasa, sepertinya hambar. Tak ada dingin, tak jua basah, tetap kering kerontang serta terkadang membawa serpihan masam akan sebuah kenangan. Tentang kita, bersama dalam sebuah nuansa semu yang mungkin tak akan pernah menjadi nyata.

“Karenaku?” tanyamu pada pena itu.

Mengapa kau tak bertanya langsung padaku? Padahal hari masih berganti serta mentari tetap perkasa menerangi bumi. Jawabnya singkat, kau tak mau, tak ingin.
Read More

. . . to Enjoy Your Day

November 13, 2011

Now is the time . . .


Now is the time to enjoy your day...
Enjoying every day with the best
Living hour by hour like the children
There's no guarantee how many hours that we will get
People who are older will tell you that they rarely regret of things they have done, 
but regret of things they didn't do
Do not spend your life just by planning to do something
Do it now!

#Patrick Lindsay

Read More

Nirwana dalam Seraut Wajah

October 17, 2011


Terkadang orang yang mencintaimu adalah dia yang tak pernah menyatakan cinta kepadamu...

MENUNGGU April lewat di selasar gedung kuliah tua ini. Tak seperti biasa, dia lama sekali. Mungkin tidak masuk kuliah atau jalan lain yang dia pilih ketika aku coba menanti.

April adalah sahabatku yang setia. Setia mendengar ocehanku serta segala bahan cerita lain yang selalu kulemparkan begitu saja kepadanya. Dari topik ringan, keluarga hingga sketsa para kekasihku yang kini hanya menguap menjadi torehan kisah. Memang lebih dominan kisah sedih pada ujungnya, namun itulah perjalanan cinta. Pernah aku memaksa April untuk memberi petuah tentang bagaimana cara memahami wanita. Mungkin saat itu rasa frustasi begitu besar merajai hati hingga gelap rasanya mata ini. Yang lalu biarlah berlalu. Semakin banyak cerita, semakin kaya pula memoriku tentang cinta.
Read More

Ceritaku Ceritamu

October 08, 2011




Siapa aku? Aku siapa?

Sepasang pertanyaan yang lugas tapi sulit untuk diretas apa jawabnya. Cukup rumit karena kita hanya memegang cermin satu sisi. Namun, bukan kita yang melihat bayangan itu, orang lain yang menilai kita. Aku kurang mengerti, apalagi mengenal siapa aku. Hanya tahu beberapa serta jauh dari kata sempurna. Dalam “aku” tersusun aku, raga, serta hati ini.
Read More

Followers