Feromon Syndrome

February 28, 2013



Hidup ini laksana panggung dunia yang penuh dengan lakon-lakon pemberani. Maka, yang pengecut silakan mundur, yang penakut silakan kabur.

Aku bercerita tentang hari yang kita rajut bersama di akhir Februari. Hari yang cerah, ketika mentari tepat pada sumbu ordinatnya, kita bersua. Membawa sisa-sisa air yang masih menempel pada wajah. Air itu, sungguh akan membekaskan rona hingga kian menyilaukan, mendinginkan yang datang, serta mendekatkan yang akan berlalu lalang. Konon, akan tiba waktunya air itu menjelma menjadi cahaya pada gelap gulita yang sejati, saat mentari telah digulung rapi, dan pekat meraib sahabat sejati.
Read More

Laki-laki Idaman

February 25, 2013


Laki-laki yang berimpian besar,
bercita-cita jelas,
bersungguh-sungguh belajar dan bekerja,
mengembangkan kualitas kepemimpinan,
penyayang dan setia,
dan menumbuhkan keikhlasan
untuk hidup sepenuhnya dalam kebenaran,
memuliakan istri dan anak-anaknya.

Seperti apa pun kekecewaan dan keletihan seorang wanita dengan kegagalan cintanya, di
dasar hatinya yang baik dia tak akan pernah putus mengidamkan laki-laki yang akan
menjadi pengindah dan penguat kehidupannya.

(Mario Teguh)
#Ilustrasi diunduh dari sini
Read More

Memaknai Aral

February 23, 2013



Kau tahu, mengapa Tuhan sengaja mencipta aral untuk sepasang manusia?
Kelak, aral dibagikan secara merata pada setiap pucuk senja. Kau, tentu boleh mengambilnya sesegera. Kau pungut aral itu, lalu kau buatnya menjadi debu. Tetapi, bisa jadi ada cerita lain tentang aral. Yakni ketika kau menjamahnya, dan kau rusak setiap peristiwa yang pernah diretas bersama. Namun, itu hakmu, sekarang, tinggal kaupilih mana yang menjadi maumu.
Read More

Ada Tangan yang Sengaja Mempertemukan Kami

February 22, 2013



Percayalah, ada tangan-tangan yang sengaja mempertemukan kami.

Petang bergelayut, bersiap menerbangkan kelambunya pada langit-langit merah. Burung-burung terbang rendah, mencari setiap celah untuk kembali meraih cahaya. Pada sebuah janji, telah tertuliskan dalam kata dan hendak ditepati sesegera. Aku meraihkan langkahku menujumu. Ke tempat yang kita sandingkan napas-napas merah jambu, sekadar meraibkan seberkas rindu.

Suara panggilan dari Tuhan bergema. Beberapa insan berlari kecil menuju parkit-parkit kayu yang hangat. Menyerahkan diri, memohon sebaris pinta untuk menghapus air mata, serta agar keberkahan tetap berada pada pucuk-pucuk lentera. Kemudian, salam berkumandang. Lantas, berbondong manusia saling berpaling mengerjakan keperluan dunianya lagi. Namun, aku masih merintih. Berdialog dengan Dzat untuk berantai skenario gelisah.
Read More

Pada Sebuah Sakit

February 21, 2013



Ada yang mengerang pada terangnya malam. Kau, lengkap dengan rona serta parasmu, mengeluh meminta sebuah perhentian sakit. Tuhanmu, sepertinya ingin bermain-main dengan skenario terbaru. Untukmu, wanita yang dianggap-Nya kuat menahan segala permasalahan.

Jikalau kau berdoa, kuharap, kata-kata ini yang tertera: Tuhan, jangan ringankan bebanku yang menganugerahkanku tumbuh, namun, kuatkanlah pundak ini agar sanggup memikulnya. Aku tahu, Kau tiada pernah memberi sebait beban melebihi batas kesanggupan seorang insan. Sebelum aku berucap, sepertinya kau telah lama berderap, merintih pada Tuhan.
Read More

Namamu Mengandung Sebuah Cerita

February 17, 2013



Kisah beberapa hari lalu sepertinya telah usang. Namun, kau masih tersenyum akannya. Barangkali, cerita memang terlahir setiap hari. Jikalau memerhati, boleh jadi dia memagut konsentrasimu untuk berfokus kepadanya. Tetapi, banyak manusia tiada mengingat satu demi satu peristiwa. Hilang. Lupa. Tak berbekas. Sebelum memoriku tumpah, kularikkan bait-bait ini agar kau senantiasa mengingatnya.

Siang tadi kau menyapa, selaksa ada yang terlengkapi di tengah sepi pertengahan Februari. Tegur dan cengkrama menjadi awal dari sebuah percakapan. Melewati sesi tanya kabar, mengerjakan hal apakah di sana, serta cuaca mendung yang membangkitkan sisi-sisi bijaksana. Oh, segalanya terjadi hanya sepenggalah waktu, bagiku, entah bagimu.
Read More

Senandung Jatuh Cinta

February 15, 2013



Entahlah, aku seperti menemukan kembali sayapku yang patah.
Putih, lembut, bertudung khas sesiapa yang melapisi.
Kuterka, kau sungguh merona bak hiasan surga.
Malam serta siang menjadi kian berwarna, melebihi pelangi.
Tangan lelah, raga letih, hilang sekejap ketika senyum itu mengambang.
Meski aku belum berkata.
Walau aku tak jua menetapkan tuah.
Ketahuilah, semoga kau merasa hal yang sama.
Maaf, aku mulai jatuh cinta.
(IPM)

Bandung, Februari 2013
#Ilustrasi diunduh dari sini
Read More

Wanita yang Ingin Senantiasa Bermata

February 10, 2013



HAWA dingin berselimut mesra tak terpisah. Seakan, mereka tiada mau memagut satu sama lain tanpa kuasa. Kelam, atau juga hitam, terlukis indah dalam singgasana Tuhan di luar sana. Bermandikan kerlip bintang, torehan cahaya rembulan, serta rintik kembang api tengah malam.

Kau terdiam, bimbang. Bahkan, kau masih menerka, kiranya terdapat hal istimewa seperti apa, yang membisingkan telinga di tengah senyapnya malam. Malam bagimu, ialah anugerah teragung selain perkara hidup, mencintai, dan dicintai. Tak seperti malam-malam sebelumnya, di mana kau bebas merangkai asa dengan gelapnya. Malam ini, sungguhlah sangat berbeda.

“Kembang api? Mengapa mereka tercipta di malam ini?” desahmu.
Read More

Dua Makna Memejamkan Mata

February 07, 2013



Mengapa kita terpejam saat tertidur, saat menangis, atau saat tertawa dengan selepas-lepasnya?
Tak lain bersebab hal terindah di dunia tak sanggup dilihat oleh sepasang mata.

Aku telah mencarimu di setiap tikungan senja. Dengan seksama, dengan hati-hati, dengan mata selalu menyaksi beberapa lekuk yang sedang menghayati kepergian mentari. Ya, salah satu momen paling petang di dunia adalah melepaskan sinar di tepian pantai. Antara pedih, rasa tak rela, atau juga rindu berpeluk menjadi satu. Itulah elegi di sore hari, selaksa kau ingin selalu mengulangi.

Dalam pencarian, pastilah datang sebingkai perjumpaan. Jumpa yang menghapuskan dahaga akan dekapan rasa. Jumpa yang mengoyak batin menjadi selembut sutera. Serta jumpa, yang akan setia kukenangkan nyanyiannya menjadi bait-baik melodi yang sumbang.
Read More

Pada Sebuah Penantian

February 05, 2013



Janjimu pada siang semakin luruh dan bertambah usang. Seperti hendak teringkari, sebab bayangmu telah beralih, ke lain sisi, di mana aku tak sanggup menatapmu sendiri. Sedih. Pedih. Selaksa air cuka yang disiram pada basahnya luka. Kelak, matamu akan melambaikan ungkapan pisah yang teragung. Yang mewujud sesiapa untuk ikut sedalam sunyi. Ini semua tak lain untuk diriku, yang sedari tadi menunggu.

Kau tahu, Cinta, berapa jengkal dalam waktu aku menantimu?

Adakah kesepian ini sanggup terhapus oleh kehadiranmu nanti?

Oh, barangkali sejak musim hujan tahun lalu, aku masih terpatung di sini. Di sisi jalan yang memisahkan arah ke rumahmu dengan rumahku. Di sisi yang memuntahkan memoria ketika dalam derasnya hujan kita saling berpayung dan memeluk pergelangan.
Read More

Mutiara Jiwa yang Sempurna

February 03, 2013



KAU tak pernah membujukku untuk bercerita. Tidak ada pula isyarat darimu untuk berbagi kisah kepada yang lain. Kau adalah kau, gadis periang yang senantiasa tersenyum. Entahlah, aku tak seberapa mengerti apa arti dari tipis senyummu. Adakah kebahagiaan di sana? Adakah kesenangan yang megah? Atau juga sebuah kosmetik untuk menutupi segala luka? Ah, aku tak sebaiknya terus menerka-nerka.

Ya. Aku dahulu tak sebegitu mengenalmu. Bahkan, kau hanya kusapa ketika lewat, atau juga saat bergelayut dengan yang lain. Namamu, berartikan mutiara jiwa yang sempurna. Kurasa, ibumu, atau juga nenekmu, atau sesiapa yang menaksir asma itu tak menguakkan kesalahan sedikit pun.

Lalu, benarkah nama ialah penggambar diri seseorang? Tidak, menurutku. Barangkali, nama hanyalah ungkapan dalam rupa harapan dari seorang ibu untuk anaknya kelak. Dengan nama itu, mungkin seorang putra bisa menjadi seorang pria, dan seorang putri boleh jadi menjelma bidadari yang rupawan. Tiada yang tahu, itulah esensi namamu.
***

KALIAN tahu, dahulu aku pernah berkunjung ke suatu tempat yang jauh dari keramaian. Di sana, lembah menyapa tiap pagi. Aliran sungai deras menyeruakkan ketenangan ragawi. Rerumputan yang hijau, bergema mendermakan embun untuk kaki basah yang bersiap menuju sawah. Dan selaksa pada dongeng, tinggallah sebuah keluarga hangat di tengah sepi yang memekat. Aku masih mengingat bagaimana riuhnya suasana rumah ketika makan malam dihidangkan.

“Ibu, piring Ujang mana? Udah lapar, Bu.”
Read More

Followers