Menjemputmu Jodohku

June 17, 2015




/ 
Kamu sudah lama memendam hasrat untuk menikah, tapi apa daya, jodoh yang kamu impikan tak jua bersambang. Kamu pun sudah mulai lelah membuka beberapa akun medsos-mu, dari Path, FB, hingga timeline lain, yang isinya adalah undangan nikah dan kelahiran seorang buah hati.

Dalam batinmu muncul beberapa pertanyaan yang terkadang sukar dijawab sendirian. Tentu, yang paling sering meruak yakni: Apakah aku harus tetap menunggu? Bukankah katanya jodoh itu sudah tertuliskan? Apa yang harus kulakukan?

Kamu, dengarlah ini, jodoh itu selayaknya rezeki. Betul ada di ‘tangan’ Tuhan, tapi bila tak dijemput, bakal tetap di ‘tangan’ Tuhan, tak kunjung datang.

“Terus, apa yang harus dilakukan untuk menjemput jodoh?” tanyamu.

Perbaiki kualitas diri, itu kuncinya. Bagaimana mungkin kamu mengharapkan jodoh yang baik dan mendekati sempurna bila kamu sendiri enggan berusaha menjadi seperti dia?

Bukankah dia yang kamu dambakan untuk jadi jodohmu juga meminta dengan doa yang sama?

Namun, kamu juga harus realistis. Tetap berpijaklah pada tanah, meski tatapmu jauh ke atas langit luas. Ingin yang rupawan, pintar, kaya, tetapi kamu hanya nganggur tak mau berusaha? Ya mana mungkin bisa berjumpa.

Sosok pasangan idaman yang terlalu ideal, sempurna, dan langka, membuatmu mengeluhkan jodoh sukar sekali didapatkan. Padahal, bisa jadi sebenarnya jodohmu sudah berada di dekatmu. Entah itu teman kantor, anak tetangga, atau sahabat sendiri.

Bagaimana bila ada yang ditaksir untuk dipinang? Segeralah ungkapkan, tentu dengan persiapan dan kesopanan. Komunikasikan dengan orang terdekatmu bila kamu memang sudah siap untuk menikah. Diskusikan kepada orang tua, saudara, rekan, atau bahkan sesiapa yang akan membantumu menyempurnakan separuh agamamu: menikah.

Seseorang yang akan berperang, haruslah siap menang dan siap kalah. Maka, siapkan pula mental untuk satu penolakan. Jika ditolak, cobalah lagi. Bila ditolak, cobalah lagi. Namun, saat penolakan sudah bertubi, segeralah moving on, tak perlu berlarut dalam kesedihan.

Penolakan bisa jadi tanda bahwa ‘bukan dia’ yang pas mendampingimu menurut kehendak-Nya.

Tentu, satu hal paling utama dalam menjemput jodoh adalah dengan PDKT kepada Yang Maha Menggenggam Jodoh. Tuhan.

Beberapa dari kamu justru semakin menjauh dari-Nya ketika hendak menjemput jodoh. Galau tak karuan. Diam melamun di pojokan. Melihat profil dia di laman online-nya, sambil sesekali berbisik, “Aku ingin kamu di sisiku selamanya.”

Beh, bagaimana Tuhan ngasih yang terbaik kalau kamu tak berusaha meminta ‘dia yang terbaik’ kepada-Nya?

Perbanyak doa, mintalah dengan sungguh-sungguh. Tuhan tidak akan mengabulkan doa yang diminta dari hati yang lalai dan main-main. Segeralah pula ambil tindakan, sebab satu hal yang tak bisa diputar ulang adalah waktu dan kesempatan.

Semoga kamu, iya, kamu, yang tengah membaca tulisan ini didekatkan dan dimudahkan menjemput jodohnya.
___

Untuk kamu, kapan aku bisa menemui orang tuamu?
(IPM)

Surabaya, Juni 2015

#Beberapa larik dalam tulisan ini diadaptasi dari buku Mencintai Tak Bisa Menunggu.
#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers