Mereka yang Susah Dilupakan

December 31, 2014




Selama setahun ini kamu sudah bertemu siapa saja dalam hidup? Para orang baru yang punya cara-cara khas untuk menarik perhatianmu. Mereka terkadang datang dan pergi, seperti kereta api. Namun, ada juga yang memilih tinggal dan menetap.

Sekali lagi, tak banyak manusia tipe kedua, yang senantiasa ada di sisimu. Kecuali, belahan jiwamu. Hmm, emang sudah nemu? Akan tetapi, kalau kamu disuruh menghitung berapa orang yang hadir sekilas lalu menghilang, pasti jawabnya lebih dari satu, dua, tiga, atau malah banyak.
Read More

Beberapa Ekspresimu Saat Stalking

December 30, 2014




Memiliki rasa ingin tahu atau curiosity adalah hal yang baik. Itu akan membuatmu selalu mencari informasi tentang hal-hal yang belum kamu ketahui. Kalau konteksnya dalam hal pelajaran/mata kuliah/ilmu pengetahuan mah oke. Dianjurkan malah.
Read More

The Streets of Jakarta

December 26, 2014



The streets of Jakarta will tell you stories, if you just listen.

Of the bajaj drivers in Benhil waiting for passengers. Of the single mom with two daughters squatting under a tree waiting for the bus to take them home after a day of fun in the city. Of a couple of teenagers in love walking on the sidewalk, holding hands, laughing and giggling like it’s nobody’s business.
Read More

Mau Sampai Kapan?

December 25, 2014



Bila kau sanggup untuk melupakan dia,
biarkan aku hadir dan menata ruang hati yang telah tertutup lama.

Masih pagi. Matahari pun masih menguap malas ketika hendak bersinar. Namun, gerutu Kota D akan kemacetan sudah menguak barang sejengkal. Ya, kota ini selalu padat saat pagi dan sore, bersaing dengan ibukota negara.
Read More

Happy Mother's Day

December 22, 2014




Happy Mother’s Day, Mom. I love you.


Read More

Bill said...

December 12, 2014



Read More

Berpikir Logis

November 30, 2014




At some point, you will realize that you have done too much for someone or something, that the only next possible step to do is to stop.

Leave them alone. Walk away.
Read More

Ragu

November 29, 2014




Kamu itu pemimpin ulung dalam forum. Kamu pusat perhatian. Setiap ucapmu mudah didengarkan, terlagi diterima. Kamu dominan, terkadang juga terlalu. Namun, tak biasanya kamu seperti ini. Diam. Bicara seperlunya. Gamang memilah kosakata. Bimbang melanjutkan ide cerita. Dan... kamu tak tahu harus melakukan apa.
Read More

Kesetiaan

November 27, 2014




Pada awalnya, semua orang bangga dengan pilihannya. Tapi pada akhirnya, tidak semua orang setia pada pilihannya.



Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya seperti yang diimpikan. Sebab yang tersulit dalam hidup bukanlah memilih, tetapi bertahan pada pilihan.

Read More

Seketika

November 25, 2014



Kamu.

Kamu biasa saja ketika bertemu dengannya. Dandanan ala kadarnya, baju dipilih sesuka hati, serta alur bicaramu tak dipaksa bernada bijak. Kamu pun melontar canda seolah-olah sudah mengenalnya cukup lama.

“Kamu tertarik kepadanya?” tanya temanmu, yang mendadak bak detektif swasta selalu ingin tahu.
Read More

Cerita Ketika Baru Putus Cinta

November 05, 2014




“Pacaran itu putusnya bisa dua: jadi manten, atau jadi mantan...”

Layaknya sepasang merpati, kamu dan dia hampir tak pernah terpisahkan. Ke mana pun selalu berdua. Nempel kayak perangko. Rekan kalian juga menyaksi hal yang sama. “Ini nih contoh pasangan yang hebat. Tak pernah bertengkar, selalu akur-akur saja,” katanya.
Read More

Obat Anti-Galau untuk Lelaki

October 27, 2014




Beberapa waktu lalu, di laman Hipwee, ada satu artikel menarik dan pas banget guna mengobati kegamangan. Posting ini sebenarnya khusus untuk lelaki, tetapi perempuan juga boleh membaca. Silakan, semoga bermanfaat!

They said...

Buat para laki-laki yang galau karena masih belum punya pacar, ada baiknya kamu mengubah pola pikir. Daripada merana sepanjang hari karena merasa sepi, mengapa tidak kamu manfaatkan waktumu untuk memperbaiki diri? Di luar sana masih banyak kegiatan yang lebih bermanfaat dari sekedar pacaran, kok.
Read More

Hal-hal yang Mengingatkanmu Pada Seseorang

October 24, 2014




Kamu pasti pernah berusaha untuk tidak lagi mengingat sesuatu, atau bahkan seseorang. Pengen move on bahasa gaulnya mah. Mungkin, ada alasan tertentu hingga kamu tak ingin nama, wajah, serta perilakunya terdahulu membayangi langkahmu ke depan.

Kamu ingin terbebas darinya. Bukan dari orangnya, akan tetapi dari ‘potret kenangan’ tentangnya. Boleh jadi dia dulu berlaku tidak baik kepadamu, atau sebaliknya, terlalu baik, hingga kamu menganggap dia menyukaimu, padahal dia memang baik kepada semua orang. Baca: di-PHP-in.
Read More

Nostalgia Masa Putih-Merah

October 06, 2014





Kalau masa putih abu-abu sudah terlalu ‘biasa’ untuk dibicarakan, mari sejenak kita menoleh lebih dalam. Yuk sebentar saja berbalik ke belasan tahun lalu, tepatnya di jaman putih-merah, alias waktu Sekolah Dasar (SD).

Kala itu, sepertinya tak banyak kenangan yang tersimpan. Masing-masing dari kita masih ‘polos’, belum ‘terwarnai’ oleh hal macam-macam. Sebelum jam 7 pagi sudah bersiap di kelas tanpa ada rasa malas, menyiapkan PR di malam hari, serta tak ada kata ‘bosan’ dalam 6 tahun menjalani.
Read More

Sehari Berguru ke BCA

September 23, 2014




Tepatnya bulan April lalu, di kampus saya, ITB, mengadakan kerjasama dengan perusahaan Bank Central Asia (BCA) terkait pelatihan softskills. Tertarik melihat publikasi lewat poster di setiap mading, saya pun mendaftar. Kuotanya tidak banyak, hanya seratus kursi, dibandingkan total mahasiswa ITB yang berjumlah 15 ribu. Beruntung, saya memperoleh kesempatan itu.
Read More

Apa sih Isi Kepala Seorang Perempuan?

September 22, 2014




Salah seorang temanku tengah asyik berdiskusi, atau lebih tepatnya ngerumpi. Topiknya menarik: apa sih isi kepala seorang perempuan? Kalau anak kedokteran ya bakal dijawab: otak, syaraf neuron, bla-bla-bla. Tapi, ini bukan anak FK yang bicara.

Hmm, tema yang cukup renyah di antara minggu kelima kuliah di kampus gajah, batinku sambil nyengir sendiri.
Read More

Menurutmu, Mana yang paling Sedih?

September 19, 2014




Kalau kamu berharap hidupmu akan bahagia selamanya, berarti kamu sedang bermimpi untuk tinggal di surga. Dunia selalu menyajikan dua hal: suka dan duka, senyum dan murung, juga senang dan sedih.

Ada beberapa peristiwa sedih dalam cinta yang mungkin pernah mengisi harimu di belakang. Ada yang sedih, cukup sedih, atau teramat sedih. Sekarang, coba kamu simak untaian kejadian sedih mengenai percintaan berikut. Jangan lupa siapkan tisu ya!
Read More

Bosan Ketika Sudah Jalan Beberapa Bulan

September 04, 2014






Usia hubungan kalian sudah jalan berapa tahun? Oh, belum sampai setahun ya. Kalau begitu, kira-kira sudah berapa lama? Hmm, kalau boleh nanya, masih sama tidak, antara dulu awal-awal masa jadian, dengan sekarang setelah jalan beberapa waktu?

“Dia mulai berubah. Awalnya rajin sekali berkabar, sekarang perlu ditanya dulu baru keluar yang namanya obrolan,” curhat seorang rekan kuliah.
Read More

Pacaran dengan yang Sepantaran

September 03, 2014




Usia 20-an adalah ambang antara masa remaja yang beranjak menuju dewasa. Pencarian jati diri pun resmi digalakkan. Mulai dari memilih studi yang akan dijalani secara serius untuk masa depan, memikirkan prioritas hidup, hingga belajar mandiri agar tidak selalu bergantung pada orang tua.

Namun, di tengah masa ‘pencarian’ itu, terkadang kita secara (tak) sengaja justru menemukan perihal lain: belahan jiwa. Anak sekarang menyebutnya soulmate, atau kekasih, pacar, gebetan, dan sebutan gaul lainnya.

Bermula dari tempat kuliah yang sama, misalnya, mungkin juga sekelas, punya hobi yang sama, bahan candaan yang sama, pemikiran yang sama, dan akhirnya mereka sepakat untuk berdua dalam cinta (baca: jadian). Ya, pacaran dengan yang sepantaran.

Read More

Calon Kekasih Sahabatku

September 02, 2014





Sahabatku tengah mencintai perempuan yang telah memiliki kekasih. Awam, hal ini akan terlihat salah, seperti tindakan bodoh membuang waktu percuma demi perkara yang tak seharusnya.

Dia, sahabatku, sudah barang tentu lebih dulu menemukan perempuan itu. Jauh sebelum kekasihnya datang dan bersambang. Namun, dia ragu-ragu. Terlalu banyak menimbang, mana benar, mana kurang.

Lalu, ketidaktegasannya meruapkan derita. Kala perempuan itu menerima permintaan lelakinya, untuk menjadikannya seorang kekasih, ia tak menunggu lama memberi jawaban, “Ya, aku juga suka.”
Read More

Membaca Kamu

August 25, 2014





“Tinggi seorang lelaki adalah ditambah dengan janjinya,” tercetak di halaman sekian pada buku kepribadian. Aku kira, ada benarnya juga kalimat itu.

Salah satu janji terlama yang baru bisa kutepati adalah ini: menulismu. Bahkan, tak seperti barang biasanya, jemariku sukar sekali menari dengan sesuka di atas tuts alfabet. Entah mengapa. Entah ada yang salah, atau bagaimana.

Yang kutahu, kamu suka melempar kata-kata berlarik sastra. Hanya itu. Tak kulebihkan. Juga tak kukurangkan. Maaf jikalau aku apa adanya.

Dengan bahan sesedikit itu, lantas aku harus mengguratmu dalam berbait kalimat yang panjang, yang bersajak, serta yang akan membuatmu tersenyum kala membacanya. Oh, betapa itu susah.
Read More

Yang Terbaring di Bawah Batu Nisan

August 01, 2014




Barisan batu nisan tertata amat rapi mulai pintu gerbang hingga pagar pembatas pemakaman umum ini, sementara perasaan Santi begitu berlainan. Hati Santi berkecamuk tak karuan sejak turun dari kendaraan dan memilih bunga taburan untuk sebuah makam. Ya, sehari sebelum bulan puasa, Santi selalu menyempatkan diri untuk singgah ke tempat ini.

“Aku rindu mengucap salam dan bertemu dengannya,” desis Santi ketika ditanya oleh rekannya akan alasan mengapa bergegas ke sana.

Santi sendirian, tak berteman sesiapa. Sebab, susah rasanya mencari kawan yang mau diajak ke pemakaman. Mereka beralibi ngeri, seram, atau juga takut. Sebagian lagi malah diam, tak memberi jawaban.

“Sebenarnya pemakaman tidak seberapa menakutkan,” lanjut Santi, “Lihatlah, beberapa anak kecil gemar bermain di sana. Meloncat di antara nisan dan nisan. Dari makam tua, berpindah ke makam yang masih basah. Kalau ditengok lebih teliti, justru tak ada raut khawatir dari anak-anak itu.”
Read More

Namanya TK Cinta

July 26, 2014



Cerita cinta gue bukan seperti episode sekali tayang di FTV yang indah di awal dan manis di belakang. Lebih banyak, kisah asmara gue berakhir tragis. Kadang tentang jatuh cinta diam-diam, atau seringnya suka tapi bertepuk sebelah tangan. Ga tau kenapa, kayaknya semesta emang memerintahkan gue untuk bersabar.

Gue itu bisa dibilang tau banget soal cewek. Kalau gue inget-inget, sejak TK dulu gue udah seneng sama cewek. Sekolah gue namanya TK Cinta. Singkat cerita, mungkin karna gue juga yang udah lupa, nama cewek itu Fenny. Nama lengkapnya lupa, coba gue inget, pasti udah gue stalking buat minta nomor telponnya. Kisah cinta ini belum bisa dikatagorikan sebagai cinta monyet. Mungkin ini lebih cocok disebut cinta kunyuk, cintanya monyet yang masih muda banget.

Fenny ini bisa bikin gue semangat belajar saat TK. Gue sampai-sampai belajar gimana caranya nulis bagus, ngebaca alfabet A-B-C-D-E dengan suara kebapakan (yang lebih sering mirip suara banci ketimbang bapak-bapak), berhitung layaknya ahli sempoa, hingga menggambar gunung dan sawah di buku gambar A4, tetapi dengan nuansa beda. Jatuhnya sih malah makin aneh saja.
Read More

Kamu itu Mirip Abdul Manan

July 17, 2014




Ada yang menarik ketika saya berbincang dengan teman perempuan saya yang tengah KKN di luar Pulau Jawa. Tepatnya, di Pulau Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Barangkali, awal obrolan kami terkesan sekadar basa-basi, bertanya kabar, perihal bagaimana keadaan di sana, dan lain topik sebagai pelengkap.

Namun, pembicaraan datar itu berubah menarik ketika di tengah chatting via line, teman perempuan saya ini melempar topik tentang Anak Nelayan Tanjung Bajo. Sontak, saya menimpali dan bertanya, siapa mereka? Apa yang berbeda dengan anak nelayan lain di pesisir Indonesia?

Panjang saja, Pristy, nama teman perempuan saya ini menjawab, “Mereka itu anak-anak dari Suku Bajo. Di sini mereka migrasi dari Pulau Sulawesi. Orang tua mereka seorang nelayan. Namun, kondisinya teramat kasihan.”


Read More

Perempuan yang Berkunjung ke Rumah

June 30, 2014





Aku menyukai perempuan yang pernah kuajak berkunjung ke rumah. Aku lupa tepatnya kapan. Tanggal, jam, baju yang kamu kenakan, warna kain penutup kepalamu, hingga sepasang sepatu di kakimu aku lupa bagaimana bentuknya. Mungkin juga kamu hanya bersandal jepit, aku juga tak mengingatnya.

Namun, satu yang kuingat: senyummu. Lebih terkejut, ternyata Ibu dan Adikku juga mengingat senyummu. Entah, senyum macam apa itu, yang bisa menyihir sesiapa.

“Dia itu luwes, Nak, cepat nyambung kalau ngobrol sama Ibu dan Adikmu tadi. Berbeda dengan temanmu yang lain,” komentar Ibu ketika kamu pulang.

Sebenarnya, tidak hanya kamu yang berkunjung. Ada beberapa orang, teman lelaki dan perempuan. Hampir belasan kukira. Akan tetapi, mengapa Ibu dan Adik justru memilihmu menjadi topik pembicaraan setelahnya?

Di tengah pertemuan itu, kamu meminta izin untuk ke kamar adikku. Hanya berdua. Tak banyak bicara, Adik lantas bilang, “Ini urusan perempuan, Mas di sini saja.” Oh, memang rumit apabila ingin mengerti segalanya perihal perempuan. Apalagi yang masih belum ranum, seperti kamu, serta adikku.

Setelah itu, kamu pamit, bersama teman lain. Ibu dan Adik ikut mengantar ke depan rumah.

“Siapa namanya, Nak, temanmu itu? Sepertinya baik anaknya, cantik pula,” pungkas Ibu, sambil membereskan piring saji.

Aku membisikkan namamu ke telinga Ibu dan seketika Ibu berkelakar, “Bagus namanya. Kalau kamu suka, kejar dia! Pasti banyak di luar sana yang juga suka sama dia.”

Aku mematut diri barang sebentar, lalu balik berpaling menuju Ibu yang tengah berjalan ke dapur. “Bu, iya, Bu, pasti!”

Sejak hari itu, aku punya mimpi: membawamu ke rumah ini lagi.
(IPM)

Surabaya, Juni 2014
Read More

Bulan yang Perkasa

June 21, 2014



Untuk D.

Kamu selalu suka apabila menganalogikanku sebagai bulan. Entah purnama, bulat separuh, hingga bentuk sabit. Bulan memang senantiasa berubah, tetapi akan tetap sama. Apabila sudah begitu, tanpa ada komando, maka kamu akan menakzimkan diri mewujud bintang.

Aku tentu saja tak pernah keberatan akan perumpamaan itu. Namun, kamu harus tahu jikalau bulan itu tak semandiri bintang. Bulan selalu menggantungkan asa ke sesiapa demi terlihat cerlang. Bulan bisa meredup, layu, hingga tak terlihat sementara waktu. Oh, dengan alasan itukah kamu menamaiku sebagai Bulan?

Jika benar, kalau boleh berpendapat, sejujurnya aku tak setuju. Wanita yang kamu anggap bulan ini sebenarnya tak sesedih itu. Wanita yang hanya malam datang baru terlihat ini juga tak serapuh itu. Wanita itu jauh lebih kuat daripada lelaki, Sayang. Jauh, teramat jauh.

Coba kamu bayangkan, rembulan mana yang bisa membunuh rasa rindu hingga menikam sembilu. Coba kamu cari, kira-kira dewi malam mana yang sanggup menahan jarak untuk tidak bertemu sepenggalah waktu. Kalau pun ada, tentu hanya beberapa. Atau, cuma persentase kecil. Dan, aku jamin namaku pasti ada di antaranya.

“Lalu, kamu ingin aku menyebutmu apa?” kamu bertanya.

“Entahlah...”

“Kamu bosan merupa Bulan? Kamu jenuh menganggapku Bintang?” kini nadamu mulai meninggi.

Dan, seperti halnya wanita lain, dengan tekanan, dengan keterpojokan, wanita cuma bisa diam. Seperti aku, yang hanya sanggup tersenyum menjawab tanyamu.

Obrolan ini bukan teruntuk menyalahkan. Bukan pula saling melempar tuduhan. Namun, lebih dari itu, harusnya kamu menangkap betul setiap maknanya. Bahwasanya wanita, memang teramat suka diberi sesuatu: coklat batang, permen, manik-manik, bunga, boneka beruang, sweater, baju tidur, hingga liontin yang akan menggantung di antara kerah dan leher. Tetapi, satu yang paling wanita suka: kepastian.

Kepastian akan selalu dinomorsatukan. Kepastian mendapatkan perhatian. Kepastian untuk senantiasa dibahagiakan. Dan lelaki, jikalau memang benar lelaki, hampir pasti utuh memahami.

Aku selalu suka kamu panggil Bulan. Aku selalu senang menyebutmu Bintang. Namun, aku akan lebih suka apabila kamu menganggapku sebagai Bulan Yang Perkasa. Yang tanpa sinarmu pun masih bisa bercahaya. Yang di saat kamu jauh kian sanggup berdiri teguh. Yang seperti murni pribadiku.

Ini rupa Bulanmu kini, cobalah lebih dalam lagi kau memahami...
(IPM)

Surabaya, Juni 2014
Read More

Followers