Perawat

July 13, 2019




Kamu sedang dirawat. Atau, barangkali tengah berbaring lunglai di atas kasur panjang berseprei putih. Selimut kusut, tanda beberapa kali kamu bergerak ke kanan, ke kiri. Katanya, sakit itu dari pikiran. Kamu tentu tak langsung mengiyakan.

Karena bagimu, sakit ialah tanda bagi raga untuk diistirahatkan, pikiran ditenangkan, juga rohani yang ditundukkan, sebab selama sehat sering alpha bersyukur kepada Tuhan. Ternyata, banyak juga yang bisa direnungkan ketika sakit.

Tetesan infus memberi ritme. Satu. Satu. Satu. Kamu mulai menghitung. Detik jarum jam bisa digantikan oleh tetes itu. Cukup khawatir kulihat matamu memperhatikan. Kadang mengarah ke jendela, lain waktu menaruh perhatian ke layar gawaimu.

Ada yang sedang kamu tunggu.

Memang benar, tak ada yang lebih menjemukan dari menunggu. Kegiatan yang seakan menghentikan waktu, atau juga membuatnya melambat. Detik seperti menit, mengisyaratkan sesiapa untuk berpikir ini-itu, yang justru sebenarnya tak perlu.

Menu sarapanmu telah lenyap. Lahap sekali kamu santap setiap sajiannya. Tak manis. Tidak asin. Apalagi pedas atau asam. Hidangan di tempat ini memang selalu tawar, seakan mendorong penghuninya untuk segera sembuh dan keluar. Merasakan rasa, yang tak hanya sekadar ada: hambar.

Entah mengapa, suhu ruangan tetiba lebih dingin. Apa bersebab mesin pendingin yang rusak, atau keringatmu yang menambah khawatir itu meruak tumpah. Sepertinya poin kedua yang jadi gara-gara.

Apa yang kau khawatirkan?

Dia. Siapa lagi? Dia yang sedari pagi bilang akan ke sini. Dia yang tak pernah tahu aku di mana tapi berniat mencari. Dia yang dengan gigihnya berkata, “Tenang, aku paham cara menemukanmu.”

Matahari meninggi. Beberapa acara televisi yang tak menarik lagi dinanti, merengek minta dikasihani. Drama politik sudah meruah di batinmu. Tidak atraktif lagi. Sembari membunuh cemas, kamu menegak air putih dan coba memejamkan mata. Menidurkan raga yang sebenarnya susah.

Selang waktu. Seorang perempuan masuk ke kamarmu. Perawat favoritmu. Perawat yang kamu khawatirkan sedari pagi. Ialah ia, perawat berasma: Dia.

Kamu tersenyum. Aku terka, kamu akan sembuh lebih cepat.
(IPM)

Anyer, Juli 2019

#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers