Karena Dia Tidak Tahu

September 28, 2015





Salah satu kisah terpanjang dari lamanku ialah tentang dia. Perempuan yang menarik bersebab tingkahnya. Dia teramat mandiri, tidak bergantung dengan sesiapa, hingga membuatku berpikir seribu kali bagaimana menjadi pilihannya.

Novel-novel picisan, berkisah tentang dua orang yang jatuh cinta, dilanda asmara, penuh khayal yang tak ada di dunia nyata, tampaknya sudah lama kutanggalkan. Hampir tidak kusentuh. Entah mengapa, aku kini lebih bernalar jauh. Buku ilmu praktis, bahasa, serta beberapa yang bersifat ilmiah, justru lebih sering kujamah. Mengapa? Sebab hidup tidak sebercanda itu.

Tuhan, yang dulu dengan mudah kujauh-dekatkan, sekarang teramat kubutuhkan. Penghambaan nyatanya tak seburuk yang dikira. Indah, sangat indah. Berserah berbeda dengan menyerah. Berserah ialah menyerahkan semuanya, pasrah, tetapi dengan terlebih dahulu mati-matian berusaha. Tak tahu mengapa, dengan jalan ini, hidup seakan mengalir tanpa beban, seperti ada Dzat yang menjamin semuanya.

Kebiasaan menunda, takut berjanji sebab ragu sanggup menepati, serta menghindari komitmen, entah sejak kapan pelan-pelan memudar. Khawatir karena menunda terhadap sesuatu, justru perlahan akan mematikanmu. Dan, aku tak mau itu.

Lucu memang, bersebab satu perempuan, nyatanya seseorang sanggup ‘naik kelas’. Dari yang saat membuka mata tak tahu harus melakukan apa, menjadi bangun lebih pagi karena ada agenda yang harus ditunaikan sesegera. Dari yang tak rapi, mewujud teratur dan presisi. Dari yang tak tahu ke mana arah dan tujuannya, merupa gila kerja dan paham apa yang harus diraih tanpa berlama.

Memang tak salah, cara Tuhan mengubah kualitas seseorang, terkadang dengan jalan sebuah pertemuan... dengan dia, misalnya.

Dia tak pernah tahu bila hadirnya mampu mengubah aku, menjadi lebih baik, merupa pribadi baru.  
Maka, terima kasih, kamu.
(IPM)

Bandung, September 2015
#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers