/
Kamu
sudah lama memendam hasrat untuk menikah, tapi apa daya, jodoh yang kamu
impikan tak jua bersambang. Kamu pun sudah mulai lelah membuka beberapa akun
medsos-mu, dari Path, FB, hingga timeline
lain, yang isinya adalah undangan nikah dan kelahiran seorang buah hati.
Dalam
batinmu muncul beberapa pertanyaan yang terkadang sukar dijawab sendirian.
Tentu, yang paling sering meruak yakni: Apakah
aku harus tetap menunggu? Bukankah katanya jodoh itu sudah tertuliskan? Apa
yang harus kulakukan?
Kamu,
dengarlah ini, jodoh itu selayaknya rezeki. Betul ada di ‘tangan’ Tuhan, tapi
bila tak dijemput, bakal tetap di ‘tangan’ Tuhan, tak kunjung datang.
“Terus,
apa yang harus dilakukan untuk menjemput jodoh?” tanyamu.
Perbaiki
kualitas diri, itu kuncinya. Bagaimana mungkin kamu mengharapkan jodoh yang
baik dan mendekati sempurna bila kamu sendiri enggan berusaha menjadi seperti
dia?
Bukankah dia yang kamu dambakan
untuk jadi jodohmu juga meminta dengan doa yang sama?
Namun,
kamu juga harus realistis. Tetap berpijaklah pada tanah, meski tatapmu jauh ke
atas langit luas. Ingin yang rupawan, pintar, kaya, tetapi kamu hanya nganggur tak mau berusaha? Ya mana mungkin bisa berjumpa.
Sosok
pasangan idaman yang terlalu ideal, sempurna, dan langka, membuatmu mengeluhkan
jodoh sukar sekali didapatkan. Padahal, bisa jadi sebenarnya jodohmu sudah
berada di dekatmu. Entah itu teman kantor, anak tetangga, atau sahabat sendiri.
Bagaimana bila ada yang ditaksir
untuk dipinang? Segeralah ungkapkan, tentu dengan
persiapan dan kesopanan. Komunikasikan dengan orang terdekatmu bila kamu memang
sudah siap untuk menikah. Diskusikan kepada orang tua, saudara, rekan, atau
bahkan sesiapa yang akan membantumu menyempurnakan separuh agamamu: menikah.
Seseorang
yang akan berperang, haruslah siap menang dan siap kalah. Maka, siapkan pula
mental untuk satu penolakan. Jika ditolak, cobalah lagi. Bila ditolak, cobalah
lagi. Namun, saat penolakan sudah bertubi, segeralah moving on, tak perlu berlarut dalam kesedihan.
Penolakan bisa jadi tanda bahwa
‘bukan dia’ yang pas mendampingimu menurut kehendak-Nya.
Tentu,
satu hal paling utama dalam menjemput jodoh adalah dengan PDKT kepada Yang Maha
Menggenggam Jodoh. Tuhan.
Beberapa
dari kamu justru semakin menjauh dari-Nya ketika hendak menjemput jodoh. Galau
tak karuan. Diam melamun di pojokan. Melihat profil dia di laman online-nya, sambil sesekali berbisik,
“Aku ingin kamu di sisiku selamanya.”
Beh,
bagaimana Tuhan ngasih yang terbaik
kalau kamu tak berusaha meminta ‘dia yang terbaik’ kepada-Nya?
Perbanyak
doa, mintalah dengan sungguh-sungguh. Tuhan tidak akan mengabulkan doa yang
diminta dari hati yang lalai dan main-main. Segeralah pula ambil tindakan,
sebab satu hal yang tak bisa diputar ulang adalah waktu dan kesempatan.
Semoga
kamu, iya, kamu, yang tengah membaca tulisan ini didekatkan dan dimudahkan
menjemput jodohnya.
___
Untuk kamu, kapan aku bisa
menemui orang tuamu?
(IPM)
Surabaya, Juni 2015
#Beberapa
larik dalam tulisan ini diadaptasi dari buku Mencintai Tak Bisa Menunggu.
#Ilustrasi diunduh dari sini
#Ilustrasi diunduh dari sini
16 comments:
"Perbaiki kualitas diri, itu kuncinya. Bagaimana mungkin kamu mengharapkan jodoh yang baik dan mendekati sempurna bila kamu sendiri enggan berusaha menjadi seperti dia?"
iya, benar. Bahkan pernah dengar dari seseorang. Kita dan jodoh kita bagaikan cermin. Serupa meski tak sama. Jika kita berbuat baik di sini, yakinlah dia juga sedang berbuat baik di sana. Jika kita sedang berusaha menjadi baik di sini, di ajuga mengusahakan hal yang sama jauh di sana. :)
kyaaa Bapak Idham sudah 'sembuh' sekarang.. sembuh dari kegalauan hehe
setuju banget sama isi nyaa :D
To : Ulul Ilmi Bilqisti
Setuju dengan kamu, yang baik akan dapat yang baik, begitu pula sebaliknya.
Selamat memperbaiki diri, terima kasih sudah tinggalkan jejak :D
To : Widya Wigati
Iya, kan sudah nemu obatnya, Wid :D
Kalimat terakhirny tertuju k sapa dham? :D
selalu suka membaca tulisanmu dham :P
kalimat terakhirnya wow banget hehe
Subhanallah ka :)
To : Rizki Anshari
Hmm, pakai ditanya lagi ditujukan ke siapa, ya ke 'dia' lah, Kak.
Hehe :D
To : Ulul Ilmi Bilqisti
Wah, terima kasih banyak ya, Bilqis, semoga semakin rajin berkunjung ke mari :)
To : Indry Meila
Terima kasih banyak, Indry, atas apresiasinya.
Barakallah :)
Ciye kak Idham udah punya sosok 'Dia' nih? hehe
'Dia' itu sapa??yg dlu prnh qt bicarakan??hehe..
To : Anonymous
Setiap orang pasti punya sesosok 'dia'. Hehe :D
To : Rizki Anshari
Tunggu tanggal mainnya, Kak, jangan penasaran. Hehe :D
Haha..siap..dtunggu kabar bahagianya dham :D
To : Rizki Anshari
Siap, Insya'Allah :)
Post a Comment