Pudarnya Pesona Cleopatra

June 02, 2013


Adakah wanita seindah paras Raihana? Adakah perempuan seelok perilaku Raihana? Serta, adakah jelita penurut sepatuh Raihana?  

Jawabnya ragu. Apalagi di zaman yang telah serba terbalik ini. Barangkali, apabila kau berkenal dengan seribu wanita, satu saja rasanya sukar mendapatkan wanita sesempurna Raihana. Dia, sungguh sewangi kesturi ketika kau berdekap dengannya. Jinaknya mata, membuatmu tak kuasa menahan tatap. Dialah dia, yang mengalunkan imaji mewujud bidadari-bidadari surga.

Tetapi, hidup memanglah untuk sebuah lakon tak tertebak. Aku, lelaki beruntung yang menyunting Raihana, utuh, dan selamanya. Namun juga aku, yang berkhianat kepadanya secara diam-diam tanpa sebuah isyarat. Ya, siapa bilang selingkuh hanya bisa diraup pada alam nyata? Bagaimana dengan alam mimpi dan angan-angan? Adakah seseorang yang tengah terikat perjanjian kuasa dikatakan berpaling, apabila dalam angannya muncul perasaan tentang seorang lain?


Oh, siapa yang mengerti dalamnya pikir dan hati manusia. Bahkan, orang terdekatnya tiada mengerti apa isi dan esensi dalam sanubari. Terkecuali Tuhan, dan dirinya sendiri. Namun aku, hanyalah insan yang gemar bermajas dengan eloknya gadis-gadis Mesir tak bertuan. Dalam kisah, sungguh aku sangat mengidamkan dapat bersanding dengan Cleopatra atau juga Mona Zaki. Tetapi, di dalam tidur, pasti ada saatnya terjaga. Ketika aku membuka mata, tak kuterka, Cleopatra dan Mona Zaki telah menguap bersama udara. Tinggal Raihana, yang gemar membangunkanku kala bahagia kuretas dalam angan, serupa bunga tidur picisan.

Hari demi hari, hanya kulabuhkan untuk melamun gendhis-gendhis Mesir tak nyata. Raihana, aku siakan untuk sekadar teman kesepian. Namun, Tuhan sungguh tidak tidur. Dan aku, tinggal melebihkan sesal, ketika kutahu, gadis terbaik pendamping hidupku telah tiada. 

Inikah hukuman darimu, Tuhan? 

Oh, barangkali benar kata-kata para cendekia dulu, bahwasanya nilai seseorang, baru terasa sebegitu berharga, jikalau dia telah tiada. Raihana raib, bersama janinku yang lekat-lekat kumaknai sangat kusayangi. Andai waktu bisa terulang, takkan mungkin kukecewai Hana dengan hujatan. Dan kini, barang tentu aku hanyalah angin lalu, yang diam, terpejam, melihat tanah basah yang perlahan mengering tak bersisa. 

Raihana, maafkan aku...

(IPM)

Surabaya, Juni 2013
#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers