Wajah Sembilan Desember

December 09, 2012



Berlampau waktu yang lalu kau lahir ke dunia. Lewat rahim ibumu dengan segenap izin-Nya. Bertahun tinggal, kau mulai tumbuh menjadi seorang wanita dewasa. Hari demi hari terlewati, minggu berganti bulan, serta bulan menyambut bergantinya tahun.

Tepat hari ini kau termenung. Sepertinya kau juga menyimpan murung. Aih, bukankah hari ini kau berulang tahun? Bukankah saat ini seharusnya kau tersenyum? Lantas, diam ialah bahasa teragungmu.
 

Aku telah mengerti sedikit banyak hitam dan merah takdirmu. Takdir yang kau urai lewat cerita-cerita singkat khas seorang wanita. Dengan tergesa, dengan sesenggukan, atau sesekali dengan berhias tawa. Kau berkisah tentang ini-itu yang kautakzimkan pernah mengisi lembaran hidupmu. Tentang Pangeran Hujan, tentang Pangeran Kuda Besi, serta yang lain. Namun, sungguhlah mereka yang menjadikanmu dewasa.

Apa maksudmu? Kau bertanya, tanda tak mengerti. Tapi aku tak akan menjelaskan seluruh misteri. Cukuplah itu semua menjadi tugasmu. Dengan setiap desah napas, kau berusaha mencari jawabnya. Namun, hingga saat ini belum juga kautemui alibi akannya. Kau bimbang mencari, kuterka kau juga lelah mengarti.

Kau tahu apakah makna memperingati hari kelahiran? Apakah kau juga tahu mengapa pula manusia semarak merayakan? Jawabnya satu: mereka tak ingin merelakan kenangan. Lantas, mereka mengundang seluruh teman untuk berpesta pora merangkai kenangan. Ada senyum-senyum tipis yang terpatri, ada tawa-tawa renyah yang melekat rapi, ada tangis-tangis haru yang membasahi pipi, juga ada potret kenanganmu yang ingin sekali kauingat di lain waktu.

Angan, atau juga kenangan terkadang mengundang bahagia atau juga sempurna nestapa. Namun, kau bisa memilih salah satu di antara keduanya. Sebab bahagia atau nestapa sungguh hanya soal di mana kau memilih sudut memandangnya. Setiap momen adalah indah, dan setiap peristiwa ialah luka. Tinggal bagaimana kau memilah keduanya. Sekarang, kau mengerti apa itu arti kenangan. Kulihat, kini kau sedikit bimbang.

Sudahlah, kau bisa memilikirkan semuanya di lain waktu. Sekarang bangunlah, buka matamu perlahan, ambil air mukamu yang sekiranya kaulelapkan bersama kerutan malam. Kenakan kain penutup mata itu serta baju ungu yang kausiapkan sedari dulu. Tepat ketika lilin-lilin dinyalakan, sebait sungging senyuman tulus kautampakkan. Kau tiup api lilin-lilin itu, sembari mengucap berlarik doa. Doa yang hanya disaksi oleh Tuhan serta kau. Inilah wajah sembilan Desember, wajah bahagia milik seorang wanita.

Semoga dengan bertambahnya usia, bertambah pula keberkahannya. Dan semoga lain waktu, aku masih bisa menyalakan lilin-lilin ini karenamu.

Selamat Ulang Tahun !!!

Bandung, Desember 2012
#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers