Hanya untuk Satu Nama

December 28, 2012





Hanya untuk satu nama

Gadis jelitaku, menawan setiap jeli mata

Berkilau, hingga aku dan kalian menyingkap silau

Kala dia tersipu, aku buru-buru merasuk maju, memburu, senyumnya yang lamat-lamat melagu



Kudengarkan nadinya berdetak, selaksa ada sayap yang mengepak-ngepak

Sangat perlahan, sangat rupawan

Siapa dari kalian yang tidak tergoda?

Adakah kalian membuang muka, setelah dia –yang kusanjung– menatapmu sengaja?



Oh, padahal, kau tak bisa memandang hitamnya rambut

Tak sanggup pula menyentuh eloknya kulit

Tapi, perangai yang tertutupi, sungguh akan semakin mewangi

Kain penutup itu, terlagi penghalang mata, adalah pasanganmu yang sempurna

Cantik, tak harus terbuka, bukan?

Lalu lirik matamu merunduk, memagut sesiapa yang lewat membungkuk

Perempuan Jawa, memang indah dalam setiap tuturnya

Kau menepikan singgung senyum, mengesapnya hingga kian ranum



Sebenarnya, aku ingin: demi detik merasa, demi hari menjaga, serta demi tahun menjelma, menjadi pangeranmu

Satu lelaki, dengan tangan kiri di saku, lengan kanan erat memeluk ragamu

Jemari ini pun rela berjalan mesra, ketika kami berjanji di depan kitab kita

Aih, puisi atau juga syair-syair, terkadang ialah ungkapan hitam seorang penulis, untuk seseorang: kamu



Tetapi adakah kamu mengerti?

Akankah engkau merasa, jikalau setiap larik puisi adalah tercipta hanya untukmu, Tya?

Maka kulekatkan namamu di awal dan akhir sajakku

Hanya untuk satu nama: Dia, kekasihku..

(IPM)



Bandung, Sketsastra 2012

#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers