Ketika Penyair Jatuh Cinta

March 30, 2020



Ini puisi ke berapa, aku sudah lupa. Yang kutahu, ketika aku menulisnya, entah untukmu atau bersebab kamu, aku bahagia.

Kamu pasti tidak akan mengerti bagaimana rasanya membaca kembali puisi yang sengaja dibuat untuk seorang terkasih?

Satu kata: menyenangkan.

Dan, sudah kuduga, kamu juga tidak akan mengerti bagaimana rasanya dibuatkan puisi dari seorang yang tulus mencintai?

Satu kata lagi: menyesakkan.


Bila nanti sebuah antologi dilahirkan, dan kukirimkan satu ke rumahmu, tolong jangan terkejut. Jangan juga bingung jika asmamu seringkali disebut dalam lembar halamannya.

“Ini buku, mengapa tokoh utamanya mirip dengan namaku?” Itulah tanyamu, yang kira-kira terucap saat kamu mulai membuka sampul bukunya.

Kamu banyak tak mengerti, tidak tahu apa-apa.

Salah siapa tidak angkat bicara?
(IPM)

Bandung, Mei 2015 | Sketsastra 2020
#Ilustrasi diunduh dari satu, dua

Followers