Dijodohkan

September 10, 2015





Setelah membaca buku itu, aku jadi tahu, bilamana setiap manusia selalu berusaha membuat manusia lain berbahagia...

Aku ingin membahagiakan orang tercintaku, yang terkasih, yang selalu kuingat ketika akan tidur dan terbangun, serta yang bila tanpanya aku bukanlah apa-apa. Aku mau dia tersenyum karenaku. Bersebab keberhasilanku menaklukkan dunia, mendekatkan diri menuju jalan-Nya, serta mengubah garis hidupnya, dari yang biasa, merupa luar biasa.

Sebenarnya, kita hidup di dunia ini untuk siapa?

Untuk dirimu sendiri, nomor satu. Bila selesai, tugasmu ialah berusaha membuat lengkung senyum di wajah orang lain. Namun, cendekia jelas menasihatkan sesuatu, bahwasanya kita tidak bisa membahagiakan semua orang. Selalu ada yang bersedih karena diri kita. Selalu ada yang menangis bersebab pilihan kita. Selalu ada, dan itu wajar nyatanya.

Bila kini aku memilih membahagiakan orang terkasihku, dengan jalan tak membahagiakanmu, bagaimana menurutmu? Apakah kamu bisa terima? Apakah kamu akan berontak dan menghardik jalan yang sudah bulat kupilih arahnya?

Jika nyatanya nanti aku salah, tentu itu masalahku. Bukan urusanmu. Ini hidupku, aku yang menjalani. Bukan kamu atau pula mereka.

Maka akhirnya, biarlah diriku menggamit keputusan yang dibuatnya.

Saat cintamu nanti, jauh di masa depan, sudah ditentukan kini, pada seorang gadis yang dipilihkan oleh orang terkasihmu, masih sanggupkah kamu menolaknya?

Jawabku tidak. Bukankah tugas manusia ialah membuat manusia lain berbahagia? Termasuk membahagiakan dia, yang diwariskan oleh Tuhan surga di telapak kakinya.
(IPM)

Bandung, September 2015
#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers