Memberi Jarak

March 29, 2015





Memiliki seseorang untuk berbagi adalah sebuah anugerah. Bagaimana tidak, setiap manusia dilahirkan dengan bekal pandai bercerita. Mengenai banyak hal, tentang hidup, alam, pekerjaan, keseharian, hingga perihal diri sendiri yang tidak pernah habis dibicarakan.
 
“Aku itu sukanya ini. Aku itu senang kalau melakukan ini. Bagaimana menurutmu?” kalimat itu seringkali keluar ketika kamu dan aku berkisah sembari menikmati sajian. Lama sekali kami membunuh waktu dengan topik sepele yang terkadang tidak perlu.

Kalau disimak, obrolan tersebut sebenarnya diperuntukkan kepada diri sendiri. Kamu ingin bercermin tentang apa yang ada dalam dirimu, tentu dengan dibumbui ungkapan ‘setuju’ dari orang lain.

Matamu pasti berubah ‘sipit’, bibirmu merupa ‘lengkung’, dan dari pipimu tetiba saja timbul ‘lubang dekik’ ketika aku memberi tanggapan, “Wah, kamu suka ngelakuin itu ya? Bagus itu, ayo lanjutkan! Aku dukung!”

Bila terus dilanjutkan, pasti tiada pernah berakhir. Dan, itulah cita-cita, memiliki partner yang bisa diajak bercerita sampai kelu lidah tak terasa lelahnya. Namun, tentu bukan sekarang. Tidak dalam waktu dekat.

Mengapa? Sebab belum saatnya. Ada momentum yang ‘pas’ untuk sesuatu dapat terjadi. Ada yang disebut ‘segalanya indah tepat pada waktunya’ dalam hidup. Ada pula ‘skenario alam’ dari Sang Pemilik Hidup untuk mempertemukan.

Semoga perkenalan ini semakin meyakinkan nun menguatkan. Semoga pula kamu mengerti, inilah caraku menjagamu... dengan jalan memberi jarak.
(IPM)

Bandung, Maret 2015

#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers