Cara Mengenali Lelaki Tulus atau Modus

January 14, 2015





Tulisan ini terinspirasi dari cerita Mama tentang kisah cintanya bersama (Alm) Papa. Entahlah, semenjak Papa tiada, aku menjadi begitu dekat dengan Mama, wanita nomor satu yang ingin selalu kubuat tersenyum.

Bahkan, saking dekatnya, cerita mengenai ‘cinta’ yang utamanya canggung, merupa biasa saja dan wajar. Beberapa rekanku bilang, “Memangnya gapapa ya kalau yang kayak gini (cinta) diceritain ke orang tua?” Jawabku, “Why not?”

Well, beberapa waktu lalu, sembari minum teh, Mama berkisah tentang kisahnya terdahulu. Hmm, cerita klasik tanpa bumbu-bumbu FTV dan ke-alay-an. Episode kali ini isinya perihal “Gimana ngebedain lelaki tulus atau modus?” Ya, aku sendiri yang menamai dan mengepaskan agar easy listening. Hehe.

Sebenernya, ini bukan buatku, tapi buat kalian para perempuan di luar sana. Hmm, sebagai informasi saja, siapa tahu bimbang dan pernah mengalaminya.

Kalau kamu perempuan, termasuk tipe yang supel, bisa menempatkan diri dalam sebuah percakapan, tak perlu cantik, pastilah setiap lelaki akan menganggap kamu sebagai pribadi yang menarik. Tanpa pengecualian.

Dan, saat beberapa telah sepakat memberikan penilaian positif kepadamu, pastilah kumbang-kumbang itu, lelaki, akan berusaha mendekati kelopak bunganya, kamu.

Mereka, kalau lebih dari satu, akan datang kepadamu untuk menarik perhatian. Standarnya sih, ngajak makan bareng, keluar nonton bioskop, sok-sok merupa pribadi ramah dan hangat, yang tidak lain ya agar kamu ‘mengenalinya’.

Nah, kamu pasti kadang-kadang bingung memberikan penilaian, “Dia ini hanya iseng apa bener-bener serius ya?”

Eureka! Ternyata, ada satu cara sederhana untuk tahu apakah dia, lelaki yang mendekatimu itu, serius ingin bersamamu atau hanya iseng-iseng berhadiah. Caranya?

1. Tutuplah pintumu

Maksudnya, Dham? Iya, tutup saja pintumu. Eh, ini bukan literally pintu, tetapi ruang di hatimu tempat untuknya masuk. You don’t give him the green light. Seakan-akan tidak ada yang namanya lampu hijau baginya.

Usahanya itu seperti tiada menemui hasil. Dia selama seminggu melancarkan pedekate ini belum mendapat respon darimu, seakan kamu acuh tak acuh saja. Nah, sebagai lelaki, pasti dia bakal mikir, “Ini effort-ku yang kurang keras sehingga aku harus mengupayakan lebih, atau ya sudahlah cari yang lain...”

2. Lihat apa yang terjadi

Tiap laki-laki, akan selalu terbayang dalam benaknya seperti itu, mengenai dua kemungkinan: usahakan lagi atau relakan. Nah, dari sini kamu bisa melihat apakah dia serius atau cuma main-main.

Setelahnya, secara hukum alam mereka akan terpisah jadi dua tipe, yakni:

A modus boy

“Ah, ya sudahlah, udah kucoba tetapi tetep adem ayem saja. Cari yang lain ahh...” itu kata seorang boy yang hanya modus pedekatein kamu. Baginya, penolakanmu adalah akhir dari segala upayanya. Dia begitu mudah menerima takdir tanpa usaha berlebih. Baru coba sedikit, langsung balik kanan. Menyerah.

Udah, kalau nemu yang seperti ini mah langsung hapus dari list calon soulmate-mu dah. Kalau kamu penting baginya, dia akan mengusahakanmu.

A tulus gentleman

“Gila nih cewek, susah banget dideketinnya. Hmm, harus lebih gencar lagi. Toh, aku yakin dia yang terbaik buatku...” ini kata seorang gentleman yang tulus dan serius ingin bersamamu.

Memang, pada awalnya dia akan sedikit kecewa dan heran karena pintumu tak mudah terbuka, tetapi dia serius untuk terus mencoba. Dia selalu punya cara lain untuk mengetuk. Dalam otaknya senantiasa terpatri, “Cinta itu butuh perjuangan. Apapun yang dapatnya susah, biasanya bertahan lama.”

Hmm, kalau dia yang ngusahain kamu untuk mau membuka pintu adalah maksimal, barangkali dia memang menginginkanmu dengan serius. Tunggu apa lagi? Buka pintumu perlahan, sebelum terlambat.
___

Yap, itu tadi cara sederhana untuk membedakan lelaki modus dan tulus menginginkanmu. Ini mirip seperti cara Mama menyeleksi Papa dulu.

Papa itu tidak pernah balik kanan, terus maju ke depan. Saat Mama menutup pintu, Papa mengetuk lagi. Lebih keras, tapi dengan penuh perasaan. Ketika Mama tak menghirau, Papa memanggilnya dari jendela. Nah, tetap saja tuh Mama tidak bergeming. Well, pintu samping dicoba, yakni mendekati orang tua Mama.

Akhirnya, hati yang bagai batu itu luluh juga oleh tetesan air yang konsisten dan istiqomah. Mama dan Papa akhirnya bersama, untuk kemudian melahirkan aku, yang berbagi tulisan ini padamu.

“Laki-laki itu harus bandel. Kalau kamu ngerasa dia penting bagimu, ya perjuangkan. Kalau perlu sampai terjatuh-jatuh, sampai berdarah-darah,” nasihat Papa dulu yang masih kuingat hingga kini.


Pasti beda, antara dia yang main-main saja, dengan dia yang serius menginginkanmu untuk bersamanya.

Hmm, sekarang kamu sudah tahu cara membedakannya. Bagaimana menurutmu, aku termasuk golongan yang serius, atau yang hanya main-main saja?
(IPM)

*) Ini untuk kamu yang dulu susah sekali dikejar, yang pada akhirnya kudapatkan juga.

Bandung, Januari 2015

#Ilustrasi diunduh dari sini

Followers